Judul Artikel : Life Skill, peluang dan tantangannya di Masa Depan
Penulis : Paidi
NIM : 7117140022
Status : Mahasiswa
S3 TP UNJ
Tahun Akademik : 2014/2015
Kata Kunci : Life Skill, Keterampilan
A. Pendahuluan
Sebuah artikel pada harian
Kompas tanggal 26 Nopember 2014 yang ditulis oleh Kristian Dior perlu kita
cermati, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Dalam artikel
tersebut dinyatakan bahwa “....tanpa
adanya upaya peningkatan kualitas SDM secara cepat, Indonesia bakal kalah
bersaing dengan para pencari kerja asing yang masuk ke tanah air”. Kualitas sumber daya manusia (SDM) akan
menjadi kunci utama dalam memenangi persaingan pada era MEA. Jumlah penduduk yang besar dapat dijadikan
unggulan, tapi jika SDMnya kurang memiliki skill, maka hal ini akan menjadi bom
waktu yang akan menyumbangkan berbagasi masalah kependudukan dan pada akhirnya
akan mengganggu perekonomian nasional.
Jumlah
penduduk Indonesia saat ini adalah 251.857.940 dengan
luas wilayah 1.913.578,68 km2.
Jumlah penduduk tersebut tersebar di daerah perkotaan, kabupaten, kecamatan,
kelurahan dan pedesaan. Seperti disajikan grafik berikut
Sumber : Data diolah dari http://www.kemendagri.go.id)
Gambaran umum
kondisi pencari kerja di Indonesia hingga akhir tahun 2014 seperti grafik
berikut:
Sumber : Data
diolah dari Paparan Direktur Dit.PSMK, Kegiatan Paparan SMK
Rujukan, Hotel Horiston, 25 Nopember 2014
Berdasarkan data tersebut, ternyata jumlah pencari kerja terbanyak
adalah lulusan SLTA Umum, diikuti berturut-turut SLTP, SMK, Perguruan Tinggi
(S1, S2 dan S3), DIII, SD dan pendudukan yang tidak / belum tamat SD. Guna
membekali para lulusan sekolah untuk mencari pekerjaan setelah menamatkan
pendidikan maka pada sistem pendidikan telah dilakukan berbagai model untuk
membekali mereka dengan berbagai keterampilan. Seperti : (1) siswa SMK
diberikan pelatihan keterampilan kerja agar lulusan SMK siap pakai di dunia Industri dan tidak menutup pula
kemungkinan untuk menjadi wiraswasta, (2) Pada tingkat pendidikan tinggi, penguatan pendidikan vokasi
menjadi fokus dalam pembenahan pendidikan di Indonesia sesuai Surat Edaran
DIKTI Nomor 1061/E/T/2012 yang antara lain mengatur ketentuan penghentian sementara pendirian dan perubahan bentuk perguruan tinggi serta pembukaan
program studi baru yang tekait dengan pendidikan akademik, terhitung mulai tanggal 1 September 2012 sampai dengan paling lambat tanggal 31 Agustus 2014. (Risang Pujianto, http://www.academia.edu)
Terkait dengan upaya peningkatan
kompetensi lulusan pendidikan, menurut pengalaman penulis yang pernah bertugas
di daerah pedesaan khususnya di SMA, ternyata masih ada persepsi yang salah dengan
lulusan. Salah satu contohnya masih adan masyarakat yang beranggapan bahwa (1)
tolok ukuran keberhasilan pendidikan itu kalau ananyaknya bisa menjadi PNS; (2)
masih banyak lulusan lembaga pendidikan untuk
kembali ke desanya, untuk membangun desanya karena mereka beranggapan
bekerja di kota lebih baik dari pada di desa; dan (3) lulusan lembaga
pendidikan enggan untuk berwiraswasta, sehingga mereka bergantung kepada orang
(bekerja pada orang lain). Kondisi ini secara tidak langsung akan berdampak
pada pengelolaan pendidikan.
Guna menjawab masalah-masalah tersebut, dan upaya untuk membekali calon-calon lulusan lembaga pendidikan, maka perlu diberikan
pendidikan life skill kepada mereka. Pengertian tentang life skill (kecakapan
hidup) menurut beberapa ahli pendidikan adalah : (1) Life skills include a wide range of knowledge and skill interactions
believed to be essential for adult independent living (Brolin dalam
Goodship, 2001:1); Kecakapan hidup
mencakup berbagai pengetahuan dan keterampilan interaksi yang diyakini penting
untuk hidup mandiri (http://belajartanpabuku.blogspot.com); dan (2) Tim BBE
Depdiknas, 2001:9 menyatakan bahwa kecakapan hidup (life skill) adalah
kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya (Risang Pujianto, http://www.academia.edu.
Life Skill sangat
perlu diberikan kepada peserta belajar dalam proses pendidikannya, karena
mereka dibekali dengan keterampilan-keterampilan praktis yang tidak ada dalam
kurikulum yang mereka diterima di lembaga pendidikannya. Keterampilan tersebut
menyangkut keahlian yang dapat ia gunakan untuk mencapai
kemakmuran/kesejahteraan setelah meraka menamatkan pendidikannya. Oleh sebab
itu penulis tertarik pada artikel ini untuk mengulas life skill yang perlu
diberikan kepada peserta belajar sebagai upaya memberikan keterampilan yang
nantinya akan bermanfaat bagi hidupnya dalam menyonsong masa depan yang penuh
dengan persaingan.
B. Tantangan
Pertama, tantangan nyata yang harus dicermati atas kondisi SDM bangsa
Indonesia saat ini, sesuai dengan pendapat Kristian
Dior, bahwa kondisi penduduk yang besar yang dimiliki Indonesia akan menjadi
masalah yang serius dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) maka jumlah
penduduk yang besar harus diberikan pendidikan life skill agar mereka mampu
memenuhi kebutuhannya dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri.
Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Basuki Wibawa, bahwa fakta menunjukkan kondisi
kependudukan Indonesia adalah : (1) unskill, kompetensi rendah; (2) produktivitas
rendah; (3) upah rendah; dan (4) daya beli rendah.
Kedua, guna meningkatan kualitas SDM, maka dibutuhkan upaya meningkatan
pembelajaran yang bermutu. Menurut Direktur Dit.PSMK bahwa perlu diberikan
keterampilan : (1) hard skill, pementukan dan pemanfaatan; (2) softskill,
jenis-jennis soft skill pendukung keberhasilan dan (3) kompetensi standar dan
strategi pembentukan (Paparan SMK Rujukan oleh Dir. PSMK, 25 Nopember 2014).
Ketiga,
kualitas pekerja harus ditingkatkan secara bertahap dengan meningkatkan jenjang
pendidikan. Namun yang penting setiap lulusan jenjang pendidikan harus memiliki
kompetensi dan keahlian kerja sehingga lebih cepat bekerja di perusahaan atau
berwirausaha mandiri (Muhaimin, http://menteri.depnakertrans.go.id).
C. Peluang
Pemberian pendidikan life skill perlu diberikan kepada peserta belajar
dalam rangka membekali peserta belajar untuk meningkatkan keterampilannya
selain keterampilan yang didapat disekolah.
Pendidikan sepanjang hayat perlu ada pada diri peserta belajar agar ia
selalu berupaya untuk selalu memelihara keterampilan yang dimiliki dan
mengaplikasinnya pada kehidupan nyata.
Peluang untuk menerapkan pendidikan life skill sangat memungkinkan
diberikan kepada peserta belajar yang didasarkan pada kondisi-kondisi yang
terkait dengan ketenagakerjaan. Kondisi pendukung untuk implementasi life skill
menurut pendapat Prof. Dr. Basuki adalah : (1) Tenaga kerja Indonesia dengan
cepat menjadi lebih terdidik; (2) Permintaan untuk pekerja terampil tinggi dan
meningkat; (3) Pendidikan bukanlah
sinonim keterampilan; (4) Buruh Industri harus Bersertifikat sesuai Ps 44 UU 12
Tahun 2012, Sertifikat Kompetensi Lulusan PT dapat diterbitkan Lembaga
sertfikasi Yang Terakreditasi (PP 23 Tahun 2004).
Peluang lain adalah sebagaimana
pendapat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI bapak Muhaimin bahwa untuk
mengurangi angka pengangguran dan memperbanyak kesempatan kerja, salah satu
upaya yang dilakukan pemerintah adalah mendorong perkembangan wirausaha
produktif di Indonesia. Apalagi kesempatan kerja dengan berwirausaha di
berbagai bidang ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua lulusan
jenjang pendidikan mulai dari SD sampai lulusan universitas/perguruan tinggi.
Lebih lanjut, Muhaimin mengatakan untuk mendorong pertumbuhan wirausaha di
Indonesia, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terus berkomitmen untuk
mewujudkan penciptaan 10.000 orang wirausaha baru per tahun di 33 Propinsi
melalui bantuan pelatihan dan pembinaan. Nantinya para wirausaha itu akan
menjadi penggerak ekonomi masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
(http://menteri.depnakertrans.go.id)
Khusus di lembaga tempat penulis
bekerja yaitu di SMKN 1 Kota Bengkulu, pelaksanaan life skill ini sudah
dilaksanakan karena sudah menjadi Tempat Asesmen Kompetensi (TAK) dari LSP
Telematika dan LSP Teknisi Akuntansi, memiliki fasilitas pendukung asesmen dan
memiliki 7 orang Asesor.
D. Model-model
Implementasi Life Skill
Pendidikan Life
Skill dapat dilakukan dalam berbagai model. Salah bentuk untuk
memberikan/meningkatan keterampilan life skill adalah dengan :
1.
Melaksanan uji sertifikasi keahlian.
a. Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) telah banyak melakukan kerja sama dengan lembaga
profesi sejenis di negaranegara ASEAN lainnya. Upaya ini bertujuan untuk
menyetarakan berbagai program capacity building dan standar keahlian
agar akuntan dari masing-masing negara memiliki keahlian dengan
persyaratan minimun yang sama. Dengan
begitu, akuntan Indonesia bisalangsung match dengan kebutuhan profesi
ketika bekerja di negara ASEAN lainnya. Demikian halnya dengan profesi bankir
dan profesi di industri keuangan lainnya.
b. Lembaga-lembaga
pendidikan melaksanakan ujian kompetensi keahlian seperti kepada peserta
belajarnya dengan menjadi atau bekerjasama dengan LSP I1, LSP P2 maupun LSP P3.
Sertifikat kompetensi yang diberikan kepada peserta belajar adalah bukti
pengakuan atas keahlian atau kompetensi yang dimilikinya dan dapat dipergunakan
oleh yang bersangkutan untuk memasukki dunia kerja / Industri.
Teknis pelaksanaan uji kompetensi bagi
siswa khusus SMK dilakukan di kelas III semester ganjil dan wajib diikuti oleh
semua siswa guna memberikan bukati pengakuan kompetensi yang mereka milili.
2. Melaksanan pelatihan keahlian.
a.
Pelatihan oleh perguruan tinggi
Pelatihan keahlian
ini dapat dilakukan pada berbagai bidang keahlian . Indonesia
diuntungkan pada sektor kimia, konstruksi, perdagangan, dan transportasi. Namun
ketiga sektor tersebut membutuhkan keterampilan tinggi. Oleh karena itu,
berbagai program peningkatan SDM dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan
masyarakat untuk menyiapkan angkatan kerja berketerampilan tinggi. Selain itu
dapat juga dilakukan melalui pengenalan IPTEK, karena dampak yang ditimbulkan oleh
teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi,
sangat luas. (http://berkas.dpr.go.id)
b.
Pelatihan oleh sekolah-sekolah
Sekolah
Kejuruan dapat bekerja sama dengan industri yang relevan untuk melaksanakan
pelatihan-pelatihan seperti SMK Mesin bisa bekerja sama dengan perusahaan
otomotif, SMK pariwisata bisa bekerjasama dengan industri perhotelan dsb.
3. Melaksanan pelatihan terkait
dengan jasa pelayanan
Implementasi life skill pada bidang ini
misalnya dengan menjadi konsultan jasa konsultasi jasa seperti konsultasan
Manajemen ISO, Advokat, Konsultan Gizi, dll.
E. Rekomendasi
Pendidikan life skill perlu
diberikan kepada peserta didik pada semua jenjang pendidikan yang disesuaikan
dengan karakteristiknya masing-masing. Hal ini ditujukan untuk memberikan bekal
kepada peserta belajar untuk lebih terampil dan mampu memenuhi kebutuhannya yang
disesuaikan dengan keahlian yang dimilikinya.
Referensi :
Kristian Dior, Media Indonesia, Rabu,
26 Nopember 2014, p. 14
Muhaimin, http://menteri.depnakertrans.go.id
Paparan
Program Direktorat PSMK oleh Mustafirin, Direktur DITPSMK, Jakarta, Horiston
Hotel, 25 Nopember 2014
http://berkas.dpr.go.id
http://menteri.depnakertrans.go.id
http://www.academia.edu
http://www.kemendagri.go.id
http://belajartanpabuku.blogspot.com
Wibawa, Basuki. 2014. Bahan Presentasi Mata Kuliah
Manajemen dalam Pendidikan S3 TP UNJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar