Senin, 22 Agustus 2016

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PRODUKTIF BERBASIS INDUSTRI DI SMK NEGERI 1 KOTA BENGKULU



ABSTRAK

Berdasarkan pada : (1) tujuan SMK menyiapkan SDM yang berkualitas; dan (2) tuntutan industri akan kompetensi lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan industri, maka teknologi pendidikan dapat mengambil peran dalam penyelenggaraan pendidikan.  Merujuk pada ranah teknologi pendidikan baik yang dikemukan oleh beberapa ahli bidang teknologi pendidikan maupun oleh AECT (2004), maka peluang untuk mengembangkan teknologi pendidikan sangat besar sekali. Teknologi pendidikan dapat mengambil peran yang sejajar dengan ilmu-ilmu lain. Hal ini didasari pada prinsip bahwa penyelengaraan pendidikan sangat membutuhkan sentuhan teknologi pendidikan untuk ketepatan pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan pengertian teknologi pendidikan yaitu memfasilitasi untuk belajar.

Sebagai ilustrasi, penulis menyajikan sebuah model keterkaitan antara SMK, Industri dan pengembangan teknologi pendidikan sebagai berikut : Para ahli teknologi pendidikan dapat menjadi fasilitator, kreator maupun model lain yang dibutuhkan oleh sekolah (SMK) dalam bentuk produk-produk pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan industri (standar Industri). Sebelum siswa menamatkan pendidikan di SMK, maka akan menempuh uji kompetensi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang sesuai dengan bidang keahliannya sebagai jaminan dan pengakuan atas kompetensi yang dimilikinya sebelun memasuki dunia kerja.

Kata Kunci : Pembelajaran Produktif, Kompetensi



















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gambar 1. Business Lancape

 
Masih hangat dalam pikiran kita pada kegiatan seminar nasional dengan tema “Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN” tanggal  26 Mei 2015 di Universitas Negeri Jakarta, salah satu nara sumber yaitu Prof. Basuki Wibawa menyampaikan suatu kajian dengan topik “mengelola Pengetahuan dan modal intelektual lembaga pendidikan di era MEA.  Melalui tema ini telah membangkitkan kesadaran kita selaku pengelola pendidikan di tanah air, bahwa sudah saatnya kita bangkit dan merubah cara pandang kita terhadap situasi perkembangan zaman secara global. Kita selama ini disibukan dengan rutinitas dalam kegiatan pembelajaran (misalnya  pengelola pendidikan di jenjang pendidikan dasar dan menengah disibukan dengan “bagaimana cara meluluskan 100%, menyukseskan program Pemda dan sebagainya) sehingga kita lupa untuk mempersiapkan pendidikan kita dalam memasuki pasar global.
Sumber : Makalah Prof. Basuki
 
Menurut pemahaman penulis dari gambar yang ditayangkan oleh Prof. Basuki seperti gambar 1, bahwa lembaga pendidikan harus memperhatikan berbagai aspek dan sektor di luar lingkungan pendidikan dalam mengelola lembaga pendidikan agar dapat tumbuh dan berkembang sehingga menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas dan mampu mengisi peluang-peluang yang ada.
 Perubahan orientasi tujuan pendidikan, harus kita arahkan bagaimana supaya lulusan dan produk-produk hasil lembaga pendidikan dapat memenuhi tuntutan dunia usaha dan Industri. Untuk bisa mewujudkan tujuan ini dibutuhkan harmonisasi antara standar kompetensi, sistem pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, sistem asesmen dan Sertifikasi kompetensi (BNSP, 2014: 9).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari penerapan teknologi pendidikan yang sesuai dengan kecenderungan penerapan di Industri serta kemungkinan pengembangannya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

C. Nama dan Karakteristik Organisasi Pendidikan
Nama organisasi dan karakeristik yang penulis gunakan pada makalah ini adalah :
1.    Nama Organisasi                   :  SMKN I Kota Bengkulu
2.    Bidang Studi Keahlian          :  Teknologi Informasi dan Komunikasi
3.    Program TP yg sedang berjalan : Pelaksanaan pembelajaran Produktif Berbasis Industri.  

BAB II
ANALISIS PROGRAM PEMBELAJARAN PRODUKTIF BERBASIS INDUSTRI


A. Kelebihan Pembelajaran Produktif Berbasis Industri
            Bidang studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMKN 1 Kota Bengkulu memiliki 2 (dua) kompetensi keahlian yaitu : (1) Multimedia dan (2) Teknik Komputer Jaringan. Pada pembelajaran mata pelajaran produktif pada bidang studi ini sudah melaksanakan pembelajaran produktif dengan pendekatan industri. Nama program yang dijalankan adalah pembelajaran berbasis Teaching Factory yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2008 dengan bekerjasama dengan PT. Zyrexindo Mandiri Buana (Jakarta) dan PT. Relion (Jakarta).
            Standar kompetensi yang diambil untuk pembelajaran berbasis industri ini adalah pelajaran merakit komputer. Keunggulan dari pelaksanaan pembelajaran ini adalah :
1.    Memiliki kurikulum implementatif antara SMKN 1 Kota Bengkulu dengan Industri.
2.    Prosedur pembelajaran (merakit komputer) sesuai dengan SOP perakitan dari pabrik.
3.    Instruktur berasal dari pabrik dan dari guru-guru mata pelajaran produktif yang berpengalaman (bersertifikat perakit) dari pabrik.
4.    Menggunakan komponen baru yang masih standar pabrik.
5.    Menggunakan peralatan dan perlengkapan perakitan sesuai standar pabrik.
6.    Menggunakan standar penilaian yang disesuaikan dengan persyaratan pabrik.
7.    Hasil pembelajaran dari dipasarkan / dijual.

B. Kelemahan Pembelajaran Produktif Berbasis Industri
            Program pembelajaran berbasis industri yang dilaksanakan pada bidang studi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMKN 1 Kota Bengkulu selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan seperti :
1.    Membutuhkan ruang pembelajaran khusus yang tidak bisa digunakan untuk belajar mata pelajaran lain.
2.    Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup besar.
3.    Keterbatasan SDM untuk proses perakitan yang berasal dari pabrik.
4.    Komponen untuk perakitan hanya disediakan oleh pabrik, sehingga proses pembelajaran praktik harus menunggu datangnya komponen dari pabrik.
5.    Membutuhkan biaya pembelajaran yang cukup besar, biaya pembelian komponen komputer.
 

BAB III
RANCANGAN UMUM PENELITIAN TERHADAP PROGRAM PEMBELAJARAN PRODUKTIF BERBASIS INDUSTRI


            Rancangan umum penelitian yang dapat dilaksanakan untuk program ini adalah melaksanakan penelitian Blended Learning pembelajaran produktif. Menurut Semler dalam Husamah (2014: 11) bahwa blended learning mengkombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka dan praktik di dunia nyata.
            Pemilihan media belajar secara online ini memungkin untuk diterapkan di SMKN 1 Kota Bengkulu yang sudah memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung program pembelajaran online. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Peggy A. Ertmer dan Adrie A. Kohler (2014: 617) dengan judul penelitian “Online case-based discussion: examining coverage of the Afforded problem space” ternyata didapat 86 % perserta yang bisa mengikuti aktivitas yang diinginkan instruktur.
            Alasan peneliti menggunakan penelitian jenis ini, karena merujuk pada struktur kurikulum yang digunakan di SMKN 1 Kota Bengkulu terdapat sekitar 52 jam pelajaran yang digunakan untuk mempelajari materi teori dan praktik perakitan komputer. Jika dari prosentase tertentu dari 52 JP (misalnya 10 JP) sebagian materi teori dapat diajarkan melalui e-learning berbasis web, maka dapat menghemat waktu, sehingga waktu tersebut dapat dipergunakan untuk program pembelajaran lain, sehingga siswa tidak harus pulang jam 15.30 WIB serta untuk mengerjakan pekerjaan kokurikuler lainnya.
            Model penelitian yang dapat dilakukan dapat menggunakan tahapan penelitian reseacrh and development ( R & D) yaitu :
1.    Analisis potensi dan masalah
       Pada tahapan analisis potensi dan masalah ini, dilakukan analisis potensi masalah yang dapat diambil dari kesesuaian silabus, SK dan KD dengan kebutuhan industri.
2.    Pengumpulan data
       Pengumpulan dapat dilakukan di bagian kurikulum dan wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat
3.    Desain produk
       Tahapan Desain produk dapat dipergunakan tenaga ahli dalam disain produk
4.    Validasi desain
       Untuk melakukan validasi dipergunakan tenaga ahli di bidangnya, tenaga ahli yang terlibat terdiri dari ahli bidang desain, ahli bidang materi dan ahli dalam hal tata bahasa.
5.    Uji coba pemakaian
       Uji coba ini dilakukan dengan siswa sebanyak 3 orang,
6.    Revisi produk
       Revisi produk dilakukan berdasarkan data selama uji coba produk
7.    Ujicoba produk
       Bahan pembelajaran yang sudah dibuat diujicobakan kembali kepada 8 – 12 orang siswa
8.    Revisi desain
       Melakukan revisi atas bahan pelajaran yang belum sesuai berdasarkan data dari revisi 8 – 12 orang
9.    Revisi produk
       Memperbaiki produk berdasarkan catatan selama ujicoba produk
10.  Produksi Masal
       Sebagai langkah akhir adalah memproduksi produk secara masal untuk uji coba final pemakaian produk.



BAB IV
PREDIKSI PERKEMBANGAN PERUBAHAN PEMBELAJARAN PRODUKTIF
PADA MASA YANG AKAN DATAN

A.    Alasan Terjadinya Perubahan
Tren pendidikan abad 21 saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan mempelopori lembaga pendidikannya sendiri. Tercatat lebih dari 25 perusahaan di Amerika melaksanakan pendidikan yang memberikan gelar. Perusahaan Wang, dll. Meskipun nampaknya perusahaan-perusahaan cenderung untuk bertindak sebagai saingan di bidang pendidikan, namun hubungan diantara perguruan tinggi dengan perusahaan menjadi semakin kuat.
Gambar 2. 21st Centruty Student Outcomes and Support Systems
 
Menurut pendapat Kuntari Eri Murti (2013) bahwa di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).   Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer, et al., 2009) dan authentic assesment (Wiggins dan McTighe, 2011); Ormiston, 2011; Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan Kallick, 1992).  Selanjutnya, tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan  menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai kesesuaian konsep dengan kapasitas peserta didik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikannya.
Sumber : www.p21.org
 
Berdasarkan pada pendapat tersebut, maka penulis meyakini bahwa akan terjadi pergeseran / perubahan pola pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan industri pada masanya dengan ciri-ciri seperti berikut :
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran di abad 21 telah terjadi perubahan paradigma belajar abad 21 seperti berikut :
Ciri Abad 21
Model Pembelajaran
1.   Informasi (tersedia dimana saja dan kapan saja)
Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu berbagai sumber observasi bukan diberi tahu
2.  Komputasi (lebih cepat memakai mesin)
Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab)
3. Otomasi (menjangkau segala pekerjaan rutin)
Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan bukan berfikir mekanistis (rutin)
4. Komunikasi (dari mana saja, ke mana saja)
Pembelajaran menekankan pentingnya bekerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah
Sumber : Henuk, 2013. Kurikulum 2013, Timor Express, 8 Februari 2013: 4)

B.    Hubungan Perubahan dengan kualitas proses pembelajaran
1.    Perubahan Paradigma Pembelajaran
Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and technology skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21 century knowledge-skills rainbow (Trilling dan Fadel, 2009). Skema tersebut diadaptasi oleh organisasi nirlaba yang mengembangkan kerangka kerja (framework) pendidikan abad 21 ke seluruh dunia melalui situs www.p21.org yang basis di negara bagian Tuscon, Amerika. Adapun konsep keterampilan abad 21 dan core subject 3R, dideskripsikan berikut ini. Sebagai penjelasan Gambar 2 menunjukkan skema pelangi keterampilan-pengetahuan abad 21 dan Gambar 2 menunjukkan skema pelangi keterampilan-pengetahuan abad 21 yang dikembangkan oleh www.p21.org.
Pada skema yang dikembangkan oleh p21 diperjelas dengan tambahan core subject 3R. dalam konteks pendidikan, 3R adalah singkatan dari reading, writing dan (a)rithmatic, diambil lafal “R” yang kuat dari setiap kata. Dari subjek reading dan writing, muncul gagasan pendidikan modern yaitu literasi yang digunakan sebagai pembelajaran untuk memahami gagasan melalui media kata-kata. Dari subjek aritmatik muncul pendidikan modern yang berkaitan dengan angka yang artinya bisa memahami angka melalui matematika. Dalam pendidikan, tidak ada istilah tunggal yang relevan dengan literasi (literacy) dan angka (numeracy) yang dapat mengekspresikan kemampuan membuat sesuatu (wrighting). 3R yang diadaptasi dari abad 18 dan 19 tersebut, ekivalen dengan keterampilan fungsional literasi, numerasi dan ICT yang ditemukan pada sistem pendidikan modern saat ini.
Dunia industri sebagai pengguna dari lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional lainnya senantiasa melihat dan menaruh perhatian yang amat besar pada kompetensi sumber daya manusia itu. Ke depan, kompetensi tenaga kerja dan kompetensi soft skill menjadi perhatian utama. Memang dengan memfokuskan man power pada sisi kompetensi tersebut dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam hal produktivitas tenaga kerja, komitmen, dan kepuasan serta efektivitas organisasional secara menyeluruh (Tripathy, 2010).
Landasan Keterampilan Untuk Era Global
Sumber : Pramudi Utomo, 2011.7)

2. Pengembangan Pembelajaran Produktif Berbasis Industri di SMK
Isu hangat menjelang pelaksanaan MEA 2015 adalah tuntutan kualitas sumber daya manusia (skill). Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatn skill tenaga. MEA 2015 memiliki karakteristik : (1) pasar dan basis produksi tunggal; (2) wilayah ekonomi yang sangat kompetitif; (3) wilayah pembangunan ekonomi yang sangat kompetitif dan (4) kawasan yang berintegrasi ke dalam ekonomi global (BNSP, 2014: 1). Kunci menghadapi ASEAN ini adalah peningkataan kompetensi  SDM Indonesia agar dapat memanfaatkan keunggulan komparatif menjadi keuanggulan kompetitif dengan upaya peningkatan daya saing SDM nasional (BNSP, 2014: 4).
Beberapa alternatif strategi untuk menyiapkan Indonesia menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN yakni : (1) identifikasi; (2) review dan harmonisasi seluruh kelembagaan pengembangan SDM mulai dari otoritas hingga pelaksanaan pendidikan, pelatihan kerja, sertifikasi kompetensi serta industri, pemetaan gap assesment dan pengembangan standar kompetensi dan kualifikasinya; dan (3) penerapan standar kompetensi dalam industri, pendidikan, pelatihan kerja dan sertifikasi (BNSP, 2014: 9).
Gambar 3. Data Bidang Keahlian, Program Keahlian dan Paket Keahlian di SMK pada Spektrum 2013
 
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang tujuan penyelenggaraan SMK adalah menyiapkan calon-calon tenaga kerja tingkat menengah untuk memasuki pasar kerja, sangat terkait langsung dengan upaya peningkatan kualitas SDM ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh SMK untuk meningkatkan kualitas SDM lulusan SMK ini adalah dengan mengembangan mata pelajaran utama yaitu pelajaran produktif. Jumlah bidang studi, program keahlian dan paket keahlian di SMK dapat dilihat pada grafik. Teknik yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pelajaran produktif ini seperti : (1) membuat kurikulum implementatif dengan Industri yang relevan; (2) mendatangkan guru tamu dari industri ke sekolah; (3) melaksanakan praktikum menggunakan standar industri; (4) menempatkan siswa magang di Industri dan lain sebagainya.
Sumber : Diolah dari Kemdikbud
 
Untuk mendekatan kompetensi lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan industri maka perlu melaksanakan pembelajaran produktif dengan industri di sekolah yang disesuaikan dengan paket keahliannya. Pelaksanaan praktik kerja industri harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk mendukung program ini, SMK membutuhkan kurikulum  implementatif. Untuk memastikan lulusan SMK memiliki skill yang sesuai dengan standar industri maka perlu dilakukan uji kompetensi dengan standar Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dengan melibatkan TUK disesuaikan dengan keahliannya (http://www.m-edukasi.web.id, diakses tanggal 6 Juni 2015).





C.    Faktor Pendukung dan Penghambat Terjadinya Perubahan
1.    Faktor Pendukung Perubahan
Dalam konsep “the changing classroom, key concepts of the 21 century learning, understanding and facilitating 21 century learning and  assessment. Terdapat kata kunci untuk menghadapi pembelajaran abad ke-21 adalah :
(a) mau melakukan perubahan dalam menyelenggarakan pembelajaran. “Selama ini, masih ada sekolah yang belum siap melaksanakan perubahan pelaksanaan pembelajaran dengan alasan kurangnya fasilitas pendukung di bidang teknologi. Padahal sebagaimana kita ketahu bersama bahwa  fasilitas dalam bidang teknologi bukan satu-satunya faktor pendukung berhasil tindaknya pelaksanaan proses pembelajaran;
(b) abad ke-21 sangat membutuhkan kolaborasi semua mata pelajaran dalam menciptakan pembelajaran yang integratif. Dengan pembelajaran yang terintegrasi antara mata pelajaran yang satu dan yang lain, akan terwujud pembelajaran yang efektif dan efisien.
(c)   Secara ekonomi dan  sosial kemasyarakatan, banyak orang dimasyarakat luas  akan tetap berkomitmen untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada semua anak.
(d)  Keseimbangan populasi rasial dan etnik siswa dan guru di sekolah-sekolah, sehingga guru diperkirakan akan mengalami penataan sosial dan organisasional yang komplek sehingga kemungkinan guru sendiri akan lebih sering dipindahkan dari satu sekolah ke sekolah lain. Dengan kondisi ini maka dibutuhkan perubahan pola pembelajaran oleh guru ybs.
(e)  Para orang tua tidak akan lagi menoleransi sekolah-sekolah dengan materi  yang tidak akurat dan guru yang tidak terlatih. Kondisi ini menyebabkan perlunya kurikulum dan pendekatan pengajaran yang memastikan bahwa kesuksesan akademik dan sosial yang sama akan dicapai oleh anak-anak mereka.
(f)   Berdasarkan pada : (1) tujuan SMK menyiapkan SDM yang berkualitas; dan (2) tuntutan industri akan kompetensi lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan industri, maka teknologi pendidikan dapat mengambil peran dalam penyelenggaraan pendidikan.  Merujuk pada ranah teknologi pendidikan baik yang dikemukan oleh beberapa ahli bidang teknologi pendidikan maupun oleh AECT (2004), maka peluang untuk mengembangkan teknologi pendidikan sangat besar sekali. Teknologi pendidikan dapat mengambil peran yang sejajar dengan ilmu-ilmu lain. Hal ini didasari pada prinsip bahwa penyelengaraan pendidikan sangat membutuhkan sentuhan teknologi pendidikan untuk ketepatan pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan pengertian teknologi pendidikan yaitu memfasilitasi untuk belajar. Para ahli teknologi pendidikan memikili kesempatan yang sangat luas sekali untuk mengambangkan kemampuanya dalam merancang berbagai produk-produk pembelajaran dengan berkolaborasi dengan ahli lain misalnya bidang komputer, animasi dan sebagainya.  Kawasan bidang garapan teknologi pendidikan meliputi  pemanfaatan, desain, pengelolaan, penilaian dan pengembangan (https://istpi.wordpress.com/, diakses tanggal 6 Juni 2015).
(g)  Tidak dapat disangkal lagi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu penyebab dan pemicu perubahan dalam dunia pendidikan. Dengan ditemukan dan dikembangkannya internet, sebuah jejaring raksasa yang menghubungkan milyaran pusat-pusat data/informasi di seluruh dunia dan individu/komunitas global, telah merubah proses pencarian dan pengembangan ilmu dalam berbagai lembaga pendidikan. Melalui search engine seorang ilmuwan dapat dengan mudah mencari bahan referensi yang diinginkannya secara “real time” dengan biaya yang teramat sangat murah; sementara dengan memanfaatkan “electronic mail” para ilmuwan berbagai negara dapat berkolaborasi secara efektif tanpa harus meninggalkan laboratoriumnya; atau dengan mengakses situs repositori video seorang mahasiswa dapat melihat rekaman kuliah dosen dari berbagai universitas terkemuka di dunia. Semua itu dimungkinkan karena bahan ajar dan proses interaksi telah berhasil “didigitalisasikan” oleh kemajuan teknologi. Salah satu butir kesepakatan Konferensi WSIS (World Summit of Information Society) tahun 2004 di Jenewa, telah disepakati bahwa paling lambat tahun 2015, seluruh sekolah-sekolah hingga kampus-kampus di seluruh dunia telah terhubung ke internet. Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses tukar menukar pengetahuan dan kolaborasi antar siswasiswa dan guru-guru di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia ( BNSP,  2010: 46).

2.    Faktor Penghambat  Perubahan
            Faktor penghambat perubahan pembelajaran disebabkan :
(a)  Kurang pahamnya pelaku akan pentingnya perubahan yang disebabkan adanya sikap / kebiasaan, sosial dan budaya, serta rasa kenyamanan dengan apa yang dilakukan selama ini.
(b)  Adanya dampak penambahan biaya akibat pelaksanaan suatu perubahan.
(c)   Adanya upaya untuk mempertahankan status Quo oleh pihak-pihak tertentu atas jabatan dan sebagainya.

3.    Upaya Mengatasi Permasalahan Perubahan
            Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perubahan adalah :
(a)  Penyelesaian permasalahan melalui upaya persuasif, artinya memberikan pemahaman kepada pihak-pihak yang sulit menerima perubahan.
(b)  Memberikan kesempatan yang bersangkutan untuk meningkatkan pendidikan dan mendapatkan pelatihan pada bidang-bidang tertentu yang dapat mengarah pada penerimaan perubahan.
(c)   Membuat kebijakan untuk melaksanakan perubahan yang sifatnya berlaku masal, sehingga pihak-pihak keberatan melaksanakan perubahan, mau tidak mau harus mengikuti perubahan

      
BAB V
SIMPULAN

A. Simpulan
Mengingat pentingnya pembelajaran produktif di SMK dalam upaya meningkatkan kualitas (skill) SDM maka perlu kiranya perhatian yang seksama untuk menyelenggarakan pembelajaran di SMK. Guna mencapai tujuan tersebut penulis mencoba menyajikan sebuah model keterkaitan antara SMK, Industri dan pengembangan teknologi pendidikan seperti gambar 4. Para ahli teknologi pendidikan dapat menjadi fasilitator, kreator maupun model lain yang dibutuhkan oleh sekolah (SMK) dalam bentuk produk-produk pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan industri (standar Industri). Sebelum siswa menamatkan pendidikan di SMK, maka akan menempuh uji kompetensi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang sesuai dengan bidang keahliannya sebagai jaminan dan pengakuan atas kompetensi yang dimilikinya sebelun memasuki dunia kerja.
Gambar 4. Ilustrasi keterkaitan SMK, TP, Industri dan LSP















B. Rekomendasi
            Pentingnya makna kompetensi bagi lulusan SMK, maka kiranya perlu dipersipkan dengan sebaik-baiknya penyelenggaraan pendididikan di SMK. Salah Satu program utama di SMK adalah pembelajaran produktif. Agar tujuan pembelajaran dapat memenuhi harapan dan tuntutan akan kualitas dari Industri sebagai pemakai lulusan SMK maka sudah saatnya pengelolaan pembelajaran produktif menggunakan standar Industri dan pemberitan pengakuan atas kompetensi menggunakan standar yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi dan profesi (BNSP).











DAFTAR BACAAN


BNSP. 2014. Sertifikasi Profesi, Kompetensi dan Kualifikasi. Majalah BNSP edisi Pertama 2014.

BNSP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Majalah BNSP Versi 1.0 - Tahun 2010

Journal. Educational Technology Reseacrh & Development, Volume 62. Number 5, Oktober 2014. ISSN 1042-1629, Springer



Murti, Kuntari Eri Murti. 2013. Pendidikan abad 21 dan Implementasinya pada Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk Paket Keahlian Desain Interior, Makalah

Miarso, Yusufhadi., 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada.


Wibawa, Basuki. 2015. Mengelola Pengetahuan dan Modal Intelektual Lembaga Pendidikan di Era MEA, Makalah, Semnas, Dies Natalis UNJ, Jakarta, 26 Mei 2015

Pramudi Utomo. 2011. Peranan SDM Unggul Berkarakter dan Tuntutan Dunia Industri, http://staff.uny.ac.id, diakses 6 Juni 2015
Sumber : Ilustrasi Penulis
 
 
Tripathy, Madan Mohan, 2010,  When going gets Tough, the Soft gets going.  Diakses dari www.selfgrowth.com/articles/ Tripathy1.html, tanggal 14 Januari 2011

Tidak ada komentar: