ABSTRAK
Berdasarkan
pada : (1) tujuan SMK menyiapkan SDM yang berkualitas; dan (2) tuntutan
industri akan kompetensi lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan industri,
maka teknologi pendidikan dapat mengambil peran dalam penyelenggaraan
pendidikan. Merujuk pada ranah teknologi
pendidikan baik yang dikemukan oleh beberapa ahli bidang teknologi pendidikan
maupun oleh AECT (2004), maka peluang untuk mengembangkan teknologi pendidikan
sangat besar sekali. Teknologi pendidikan dapat mengambil peran yang sejajar
dengan ilmu-ilmu lain. Hal ini didasari pada prinsip bahwa penyelengaraan
pendidikan sangat membutuhkan sentuhan teknologi pendidikan untuk ketepatan
pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan pengertian teknologi pendidikan yaitu
memfasilitasi untuk belajar.
Sebagai
ilustrasi, penulis menyajikan sebuah model keterkaitan antara SMK, Industri dan
pengembangan teknologi pendidikan sebagai berikut : Para ahli teknologi pendidikan dapat menjadi
fasilitator, kreator maupun model lain yang dibutuhkan oleh sekolah (SMK) dalam
bentuk produk-produk pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan industri
(standar Industri). Sebelum siswa menamatkan pendidikan di SMK, maka akan
menempuh uji kompetensi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang sesuai
dengan bidang keahliannya sebagai jaminan dan pengakuan atas kompetensi yang
dimilikinya sebelun memasuki dunia kerja.
Kata
Kunci : Pembelajaran Produktif, Kompetensi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
|
|
Perubahan orientasi tujuan pendidikan, harus
kita arahkan bagaimana supaya lulusan dan produk-produk hasil lembaga
pendidikan dapat memenuhi tuntutan dunia usaha dan Industri. Untuk bisa
mewujudkan tujuan ini dibutuhkan harmonisasi antara standar kompetensi, sistem
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, sistem asesmen dan Sertifikasi
kompetensi (BNSP, 2014: 9).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari penerapan teknologi
pendidikan yang sesuai dengan kecenderungan penerapan di Industri serta
kemungkinan pengembangannya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
C. Nama dan Karakteristik Organisasi
Pendidikan
Nama
organisasi dan karakeristik yang penulis gunakan pada makalah ini adalah :
1. Nama Organisasi : SMKN I
Kota Bengkulu
2. Bidang Studi Keahlian : Teknologi Informasi
dan Komunikasi
3. Program TP yg sedang berjalan : Pelaksanaan
pembelajaran Produktif Berbasis Industri.
BAB
II
ANALISIS
PROGRAM PEMBELAJARAN PRODUKTIF BERBASIS INDUSTRI
A. Kelebihan Pembelajaran Produktif Berbasis Industri
Bidang studi keahlian Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) SMKN 1 Kota Bengkulu memiliki 2 (dua) kompetensi
keahlian yaitu : (1) Multimedia dan (2) Teknik Komputer Jaringan. Pada
pembelajaran mata pelajaran produktif pada bidang studi ini sudah melaksanakan
pembelajaran produktif dengan pendekatan industri. Nama program yang dijalankan
adalah pembelajaran berbasis Teaching Factory yang sudah mulai dilaksanakan
sejak tahun 2008 dengan bekerjasama dengan PT. Zyrexindo Mandiri Buana
(Jakarta) dan PT. Relion (Jakarta).
Standar kompetensi yang diambil
untuk pembelajaran berbasis industri ini adalah pelajaran merakit komputer.
Keunggulan dari pelaksanaan pembelajaran ini adalah :
1. Memiliki kurikulum implementatif antara SMKN
1 Kota Bengkulu dengan Industri.
2. Prosedur pembelajaran (merakit komputer)
sesuai dengan SOP perakitan dari pabrik.
3. Instruktur berasal dari pabrik dan dari
guru-guru mata pelajaran produktif yang berpengalaman (bersertifikat perakit)
dari pabrik.
4. Menggunakan komponen baru yang masih standar
pabrik.
5. Menggunakan peralatan dan perlengkapan
perakitan sesuai standar pabrik.
6. Menggunakan standar penilaian yang
disesuaikan dengan persyaratan pabrik.
7. Hasil pembelajaran dari dipasarkan / dijual.
B. Kelemahan Pembelajaran Produktif Berbasis Industri
Program pembelajaran berbasis
industri yang dilaksanakan pada bidang studi Informasi dan Komunikasi (TIK)
SMKN 1 Kota Bengkulu selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan seperti
:
1. Membutuhkan ruang pembelajaran khusus yang
tidak bisa digunakan untuk belajar mata pelajaran lain.
2. Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup
besar.
3. Keterbatasan SDM untuk proses perakitan yang
berasal dari pabrik.
4. Komponen untuk perakitan hanya disediakan
oleh pabrik, sehingga proses pembelajaran praktik harus menunggu datangnya
komponen dari pabrik.
5. Membutuhkan biaya pembelajaran yang cukup
besar, biaya pembelian komponen komputer.
BAB
III
RANCANGAN
UMUM PENELITIAN TERHADAP PROGRAM PEMBELAJARAN PRODUKTIF BERBASIS INDUSTRI
Rancangan
umum penelitian yang dapat dilaksanakan untuk program ini adalah melaksanakan
penelitian Blended Learning pembelajaran
produktif. Menurut Semler dalam Husamah (2014: 11) bahwa blended learning mengkombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran
online, aktivitas tatap muka dan praktik di dunia nyata.
Pemilihan
media belajar secara online ini memungkin untuk diterapkan di SMKN 1 Kota
Bengkulu yang sudah memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung program
pembelajaran online. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Peggy A. Ertmer
dan Adrie A. Kohler (2014: 617) dengan judul penelitian “Online case-based discussion: examining coverage of the
Afforded problem space” ternyata didapat 86 % perserta yang bisa mengikuti
aktivitas yang diinginkan instruktur.
Alasan
peneliti menggunakan penelitian jenis ini, karena merujuk pada struktur
kurikulum yang digunakan di SMKN 1 Kota Bengkulu terdapat sekitar 52 jam
pelajaran yang digunakan untuk mempelajari materi teori dan praktik perakitan
komputer. Jika dari prosentase tertentu dari 52 JP (misalnya 10 JP) sebagian
materi teori dapat diajarkan melalui e-learning
berbasis web, maka dapat menghemat waktu, sehingga waktu tersebut dapat
dipergunakan untuk program pembelajaran lain, sehingga siswa tidak harus pulang
jam 15.30 WIB serta untuk mengerjakan pekerjaan kokurikuler lainnya.
Model
penelitian yang dapat dilakukan dapat menggunakan tahapan penelitian reseacrh
and development ( R & D) yaitu :
1. Analisis potensi dan masalah
Pada tahapan analisis potensi dan masalah
ini, dilakukan analisis potensi masalah yang dapat diambil dari kesesuaian
silabus, SK dan KD dengan kebutuhan industri.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan dapat dilakukan di bagian
kurikulum dan wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat
3. Desain produk
Tahapan Desain produk dapat dipergunakan
tenaga ahli dalam disain produk
4. Validasi desain
Untuk melakukan validasi dipergunakan
tenaga ahli di bidangnya, tenaga ahli yang terlibat terdiri dari ahli bidang
desain, ahli bidang materi dan ahli dalam hal tata bahasa.
5. Uji coba pemakaian
Uji coba ini dilakukan dengan siswa
sebanyak 3 orang,
6. Revisi produk
Revisi produk dilakukan berdasarkan data
selama uji coba produk
7. Ujicoba produk
Bahan pembelajaran yang sudah dibuat
diujicobakan kembali kepada 8 – 12 orang siswa
8. Revisi desain
Melakukan revisi atas bahan pelajaran
yang belum sesuai berdasarkan data dari revisi 8 – 12 orang
9. Revisi produk
Memperbaiki produk berdasarkan catatan
selama ujicoba produk
10. Produksi Masal
Sebagai langkah akhir adalah memproduksi
produk secara masal untuk uji coba final pemakaian produk.
BAB
IV
PREDIKSI
PERKEMBANGAN PERUBAHAN PEMBELAJARAN PRODUKTIF
PADA
MASA YANG AKAN DATAN
A. Alasan
Terjadinya Perubahan
Tren
pendidikan abad 21 saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan mempelopori
lembaga pendidikannya sendiri. Tercatat lebih dari 25 perusahaan di Amerika
melaksanakan pendidikan yang memberikan gelar. Perusahaan Wang, dll. Meskipun
nampaknya perusahaan-perusahaan cenderung untuk bertindak sebagai saingan di
bidang pendidikan,
namun hubungan diantara perguruan tinggi dengan perusahaan menjadi semakin
kuat.
|
|
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada pembelajaran di abad 21 telah terjadi perubahan paradigma belajar
abad 21 seperti berikut :
Ciri
Abad 21
|
Model
Pembelajaran
|
1.
Informasi
(tersedia dimana saja dan kapan saja)
|
Pembelajaran diarahkan untuk
mendorong peserta didik mencari tahu berbagai sumber observasi bukan diberi
tahu
|
2.
Komputasi (lebih cepat memakai mesin)
|
Pembelajaran diarahkan untuk mampu
merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab)
|
3. Otomasi (menjangkau segala
pekerjaan rutin)
|
Pembelajaran diarahkan untuk
melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan bukan berfikir mekanistis
(rutin)
|
4. Komunikasi (dari mana saja, ke
mana saja)
|
Pembelajaran menekankan pentingnya
bekerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah
|
Sumber
: Henuk, 2013. Kurikulum 2013, Timor Express, 8 Februari 2013: 4)
B. Hubungan
Perubahan dengan kualitas proses pembelajaran
1. Perubahan Paradigma Pembelajaran
Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan
(3) Information media and technology
skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang
disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21 century knowledge-skills rainbow (Trilling dan Fadel, 2009).
Skema tersebut diadaptasi oleh organisasi nirlaba yang mengembangkan kerangka
kerja (framework) pendidikan
abad 21 ke seluruh dunia melalui situs www.p21.org yang basis di negara bagian
Tuscon, Amerika. Adapun konsep keterampilan abad 21 dan core subject 3R,
dideskripsikan berikut ini. Sebagai penjelasan Gambar 2 menunjukkan skema
pelangi keterampilan-pengetahuan abad 21 dan Gambar 2 menunjukkan skema pelangi
keterampilan-pengetahuan abad 21 yang dikembangkan oleh www.p21.org.
Pada skema yang dikembangkan oleh p21
diperjelas dengan tambahan core
subject 3R. dalam konteks pendidikan, 3R adalah singkatan dari reading, writing dan (a)rithmatic, diambil lafal “R” yang
kuat dari setiap kata. Dari subjek reading
dan writing, muncul gagasan
pendidikan modern yaitu literasi yang digunakan sebagai pembelajaran untuk memahami
gagasan melalui media kata-kata. Dari subjek aritmatik muncul pendidikan modern
yang berkaitan dengan angka yang artinya bisa memahami angka melalui
matematika. Dalam pendidikan, tidak ada istilah tunggal yang relevan dengan
literasi (literacy) dan angka (numeracy) yang dapat mengekspresikan
kemampuan membuat sesuatu (wrighting).
3R yang diadaptasi dari abad 18 dan 19 tersebut, ekivalen dengan keterampilan
fungsional literasi, numerasi dan ICT yang ditemukan pada sistem pendidikan
modern saat ini.
Dunia industri sebagai pengguna dari
lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional lainnya senantiasa
melihat dan menaruh perhatian yang amat besar pada kompetensi sumber daya
manusia itu. Ke depan, kompetensi tenaga kerja dan kompetensi soft skill
menjadi perhatian utama. Memang dengan memfokuskan man power pada sisi
kompetensi tersebut dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam hal
produktivitas tenaga kerja, komitmen, dan kepuasan serta efektivitas
organisasional secara menyeluruh (Tripathy, 2010).
Landasan Keterampilan Untuk Era
Global
Sumber : Pramudi
Utomo, 2011.7)
2. Pengembangan Pembelajaran
Produktif Berbasis Industri di SMK
Isu hangat menjelang pelaksanaan MEA
2015 adalah tuntutan kualitas sumber daya manusia (skill). Berbagai upaya
dilakukan untuk meningkatn skill tenaga. MEA 2015 memiliki karakteristik : (1)
pasar dan basis produksi tunggal; (2) wilayah ekonomi yang sangat kompetitif;
(3) wilayah pembangunan ekonomi yang sangat kompetitif dan (4) kawasan yang
berintegrasi ke dalam ekonomi global (BNSP, 2014: 1). Kunci menghadapi ASEAN
ini adalah peningkataan kompetensi SDM
Indonesia agar dapat memanfaatkan keunggulan komparatif menjadi keuanggulan
kompetitif dengan upaya peningkatan daya saing SDM nasional (BNSP, 2014: 4).
Beberapa alternatif strategi untuk
menyiapkan Indonesia menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN yakni : (1)
identifikasi; (2) review dan harmonisasi seluruh kelembagaan pengembangan SDM
mulai dari otoritas hingga pelaksanaan pendidikan, pelatihan kerja, sertifikasi
kompetensi serta industri, pemetaan gap assesment dan pengembangan standar
kompetensi dan kualifikasinya; dan (3) penerapan standar kompetensi dalam
industri, pendidikan, pelatihan kerja dan sertifikasi (BNSP, 2014: 9).
|
|
C. Faktor
Pendukung dan Penghambat Terjadinya Perubahan
1. Faktor Pendukung Perubahan
Dalam
konsep “the changing classroom, key
concepts of the 21 century learning, understanding and facilitating 21 century
learning and assessment. Terdapat kata
kunci untuk menghadapi pembelajaran abad ke-21 adalah :
(a) mau melakukan perubahan
dalam menyelenggarakan pembelajaran. “Selama ini, masih ada sekolah yang belum
siap melaksanakan perubahan pelaksanaan pembelajaran dengan alasan kurangnya
fasilitas pendukung di bidang teknologi. Padahal sebagaimana kita ketahu
bersama bahwa fasilitas dalam bidang
teknologi bukan satu-satunya faktor pendukung berhasil tindaknya pelaksanaan proses
pembelajaran;
(b) abad ke-21 sangat membutuhkan
kolaborasi semua mata pelajaran dalam menciptakan pembelajaran yang integratif.
Dengan pembelajaran yang terintegrasi antara mata pelajaran yang satu dan yang
lain, akan terwujud pembelajaran yang efektif dan efisien.
(c) Secara
ekonomi dan sosial kemasyarakatan,
banyak orang dimasyarakat luas akan
tetap berkomitmen untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada semua anak.
(d) Keseimbangan populasi rasial dan etnik siswa
dan guru di sekolah-sekolah, sehingga guru diperkirakan akan mengalami penataan
sosial dan organisasional yang komplek sehingga kemungkinan guru sendiri akan
lebih sering dipindahkan dari satu sekolah ke sekolah lain. Dengan kondisi ini
maka dibutuhkan perubahan pola pembelajaran oleh guru ybs.
(e) Para orang tua
tidak akan lagi menoleransi sekolah-sekolah dengan materi yang tidak akurat dan guru yang tidak
terlatih. Kondisi ini menyebabkan perlunya kurikulum dan pendekatan pengajaran
yang memastikan bahwa kesuksesan akademik dan sosial yang sama akan dicapai
oleh anak-anak mereka.
(f) Berdasarkan
pada : (1) tujuan SMK menyiapkan SDM yang berkualitas; dan (2) tuntutan
industri akan kompetensi lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan industri,
maka teknologi pendidikan dapat mengambil peran dalam penyelenggaraan
pendidikan. Merujuk pada ranah teknologi
pendidikan baik yang dikemukan oleh beberapa ahli bidang teknologi pendidikan
maupun oleh AECT (2004), maka peluang untuk mengembangkan teknologi pendidikan
sangat besar sekali. Teknologi pendidikan dapat mengambil peran yang sejajar
dengan ilmu-ilmu lain. Hal ini didasari pada prinsip bahwa penyelengaraan
pendidikan sangat membutuhkan sentuhan teknologi pendidikan untuk ketepatan
pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan pengertian teknologi pendidikan
yaitu memfasilitasi untuk belajar. Para ahli teknologi pendidikan memikili
kesempatan yang sangat luas sekali untuk mengambangkan kemampuanya dalam merancang
berbagai produk-produk pembelajaran dengan berkolaborasi dengan ahli lain
misalnya bidang komputer, animasi dan sebagainya. Kawasan bidang garapan teknologi pendidikan
meliputi pemanfaatan, desain,
pengelolaan, penilaian dan pengembangan (https://istpi.wordpress.com/, diakses tanggal 6 Juni 2015).
(g) Tidak dapat disangkal lagi,
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu penyebab dan
pemicu perubahan dalam dunia pendidikan. Dengan ditemukan dan dikembangkannya
internet, sebuah jejaring raksasa yang menghubungkan milyaran pusat-pusat
data/informasi di seluruh dunia dan individu/komunitas global, telah merubah
proses pencarian dan pengembangan ilmu dalam berbagai lembaga pendidikan.
Melalui search engine seorang ilmuwan dapat dengan mudah mencari bahan
referensi yang diinginkannya secara “real time” dengan biaya yang
teramat sangat murah; sementara dengan memanfaatkan “electronic mail”
para ilmuwan berbagai negara dapat berkolaborasi secara efektif tanpa harus
meninggalkan laboratoriumnya; atau dengan mengakses situs repositori video
seorang mahasiswa dapat melihat rekaman kuliah dosen dari berbagai universitas
terkemuka di dunia. Semua itu dimungkinkan karena bahan ajar dan proses
interaksi telah berhasil “didigitalisasikan” oleh kemajuan teknologi. Salah
satu butir kesepakatan Konferensi WSIS (World Summit of Information Society)
tahun 2004 di Jenewa, telah disepakati bahwa paling lambat tahun 2015, seluruh
sekolah-sekolah hingga kampus-kampus di seluruh dunia telah terhubung ke internet.
Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses tukar menukar pengetahuan dan
kolaborasi antar siswasiswa dan guru-guru di seluruh dunia untuk meningkatkan
kualitas kehidupan manusia ( BNSP, 2010:
46).
2. Faktor Penghambat Perubahan
Faktor penghambat perubahan
pembelajaran disebabkan :
(a) Kurang
pahamnya pelaku akan pentingnya perubahan yang disebabkan adanya sikap /
kebiasaan, sosial dan budaya, serta rasa kenyamanan dengan apa yang dilakukan
selama ini.
(b) Adanya
dampak penambahan biaya akibat pelaksanaan suatu perubahan.
(c) Adanya
upaya untuk mempertahankan status Quo oleh pihak-pihak tertentu atas jabatan
dan sebagainya.
3. Upaya Mengatasi Permasalahan Perubahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang menghambat perubahan adalah :
(a) Penyelesaian
permasalahan melalui upaya persuasif, artinya memberikan pemahaman kepada
pihak-pihak yang sulit menerima perubahan.
(b) Memberikan
kesempatan yang bersangkutan untuk meningkatkan pendidikan dan mendapatkan
pelatihan pada bidang-bidang tertentu yang dapat mengarah pada penerimaan
perubahan.
(c) Membuat
kebijakan untuk melaksanakan perubahan yang sifatnya berlaku masal, sehingga
pihak-pihak keberatan melaksanakan perubahan, mau tidak mau harus mengikuti
perubahan
BAB V
SIMPULAN
A. Simpulan
Mengingat pentingnya pembelajaran produktif di SMK
dalam upaya meningkatkan kualitas (skill) SDM maka perlu kiranya perhatian yang
seksama untuk menyelenggarakan pembelajaran di SMK. Guna mencapai tujuan
tersebut penulis mencoba menyajikan sebuah model keterkaitan antara SMK,
Industri dan pengembangan teknologi pendidikan seperti gambar 4. Para
ahli teknologi pendidikan dapat menjadi fasilitator, kreator maupun model lain
yang dibutuhkan oleh sekolah (SMK) dalam bentuk produk-produk pendidikan yang
disesuaikan dengan tuntutan industri (standar Industri). Sebelum siswa
menamatkan pendidikan di SMK, maka akan menempuh uji kompetensi melalui Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) yang sesuai dengan bidang keahliannya sebagai jaminan
dan pengakuan atas kompetensi yang dimilikinya sebelun memasuki dunia kerja.
Gambar
4. Ilustrasi keterkaitan SMK, TP, Industri dan LSP
B. Rekomendasi
Pentingnya makna kompetensi bagi
lulusan SMK, maka kiranya perlu dipersipkan dengan sebaik-baiknya
penyelenggaraan pendididikan di SMK. Salah Satu program utama di SMK adalah
pembelajaran produktif. Agar tujuan pembelajaran dapat memenuhi harapan dan
tuntutan akan kualitas dari Industri sebagai pemakai lulusan SMK maka sudah
saatnya pengelolaan pembelajaran produktif menggunakan standar Industri dan
pemberitan pengakuan atas kompetensi menggunakan standar yang dikeluarkan oleh
Badan Sertifikasi dan profesi (BNSP).
DAFTAR BACAAN
BNSP. 2014. Sertifikasi
Profesi, Kompetensi dan Kualifikasi. Majalah BNSP edisi Pertama 2014.
BNSP. 2010. Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI. Majalah BNSP Versi
1.0 - Tahun 2010
Journal. Educational
Technology Reseacrh & Development, Volume 62. Number 5, Oktober 2014.
ISSN 1042-1629, Springer
http://www.kurikulum2013.kemdikbud.o.id, diakses 6 Juni 2015.
http://www.teknologipendidikan.net/2011/08/13/teknologi-pendidikan-definisi-ict-2004/, diakses tgl 6 Juni 2015).
Murti, Kuntari Eri Murti. 2013. Pendidikan abad 21 dan Implementasinya
pada Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk Paket Keahlian
Desain Interior, Makalah
Miarso,
Yusufhadi., 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada.
Wibawa, Basuki. 2015. Mengelola
Pengetahuan dan Modal Intelektual Lembaga Pendidikan di Era MEA, Makalah,
Semnas, Dies Natalis UNJ, Jakarta, 26 Mei 2015
Pramudi Utomo. 2011. Peranan SDM Unggul
Berkarakter dan Tuntutan Dunia Industri, http://staff.uny.ac.id, diakses 6 Juni 2015
|
Tripathy, Madan Mohan,
2010, When going gets Tough, the Soft
gets going. Diakses dari www.selfgrowth.com/articles/ Tripathy1.html, tanggal 14
Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar